
Anemia defisiensi besi kerap dialami oleh ibu hamil. Hal ini terjadi ketika ibu hamil tidak memiliki cukup sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Padahal selama kehamilan, ibu membutuhkan dua kali lipat zat besi dibandingkan wanita yang tidak hamil (Goonewardene, et al., 2012). Anemia defisiensi besi yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat berdampak besar pada kesehatan ibu dan janin (Lopez, et al., 2016).
Bagaimana Anemia Defisiensi Besi Dapat Terjadi Pada Ibu Hamil?
Lebih dari 80% negara di dunia, prevalensi anemia pada kehamilan > 20% dan dapat dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensi global anemia pada kehamilan diperkirakan sekitar 41,8%. Kebutuhan zat besi ini digunakan untuk memasok oksigen ke janin di dalam kandungannya. Jika ibu hamil tidak memiliki cukup cadangan zat besi, maka anemia defisiensi dapat terjadi (Gazon,et al., 2020). Fakta bahwa anemia defisiensi besi sering terjadi pada kehamilan karena seringkali asupan zat besi masih kurang dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Anemia defisiensi besi yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat berdampak besar pada kesehatan ibu dan janin. Memang, kekurangan zat besi kronis dapat mempengaruhi kesejahteraan umum ibu dan menyebabkan kelelahan dan penurunan kapasitas kerja (Milman, 2011). Ini juga dapat menyebabkan pucat, sesak napas, jantung berdebar, sakit kepala, pusing, dan mudah marah. Ada bukti yang menunjukkan korelasi yang signifikan antara tingkat keparahan anemia, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, pembatasan pertumbuhan intrauterin, status zat besi neonatus yang rendah, preeklamsia, dan perdarahan pascamelahirkan, serupa dengan apa yang terjadi pada penyakit terkait kehamilan lainnya (Parisi, et al., 2017).
Kebutuhan Zat Besi Saat Kehamilan
Kebutuhan zat besi selama kehamilan secara signifikan lebih tinggi daripada dalam keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan zat besi untuk memperluas volume plasma, menghasilkan jumlah sel darah merah yang lebih besar, mendukung pertumbuhan janin-plasenta, dan mengkompensasi kehilangan zat besi saat melahirkan (Annamraju and Pavord, 2016). Kebutuhan zat besi pada wanita hamil setara dengan 1000-1200 mg untuk berat rata-rata 55 kg. Jumlah ini mencakup hampir 350 mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, sekitar 500 mg terkait dengan ekspansi massa sel darah merah, dan sekitar 250 mg terkait dengan kehilangan darah saat melahirkan (Bothwell, 2000). Dalam perjalanan kehamilan, kebutuhan zat besi bervariasi. Kebutuhan zat besi lebih rendah pada trimester pertama (0,8 mg/hari) dibandingkan trimester ketiga (3,0–7,5 mg/hari). Pada awal kehamilan, sekitar 40% wanita menunjukkan simpanan zat besi yang rendah atau tidak ada sama sekali, dan hingga 90% wanita memiliki cadangan zat besi <500 mg dimana jumlah ini tidak cukup untuk mendukung kebutuhan zat besi yang meningkat (WHO, FAO, UN, 2004).
Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil
Tingginya angka anemia pada ibu hamil memberikan kontribusi pada tingginya angka kematian ibu akibat dari perdarahan. Upaya pencegahan anemia pada masa kehamilan dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan zat besi melalui makanan terutama zat besi heme, konsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup, konsumsi makanan yang meningkatkan penyerapan zat besi seperti vitamin C dan mengurangi konsumsi makanan inhibitor penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat, tannin (Nugraha, et al., 2020). Diperlukan juga tablet tambah darah minimal 90 tablet untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil perlu diminum secara tepat. Dukungan keluarga serta kelompok ibu hamil juga diperlukan pada upaya penurunan kejadian anemia. Dukungan sosial dari keluarga juga diperlukan untuk mempengaruhi persepsi dan keyakinan ibu hamil sehingga meningkatkan perilaku untuk mencegah anemia. Bentuk dukungan keluarga pada ibu hamil untuk mencegah anemia seperti pemberian keyakinan kemampuan ibu untuk minum tablet tambah darah secara teratur dan mengingatkan untuk makan makanan bergizi. Dukungan dari sesama ibu hamil dapat diberikan selama kelas kehamilan atau menghadiri perawatan antenatal. Bentuk dukungan kelompok pada ibu hamil untuk meningkatkan perilaku pencegahan anemia seperti memberikan contoh makan makanan bergizi dan minum tablet tambah secara teratur serta memberikan informasi tentang cara mencegah anemia (Triharini, 2019). Tenaga kesehatan berperan dalam memberikan promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia. Teknik konseling sangat cocok dilakukan karena interaksi terjadi dua arah dan dapat mengikuti kebutuhan ibu hamil. Bentuk dari dukungan tenaga kesehatan bagi ibu hamil untuk mencegah anemia adalah memberikan kesempatan pilihan pengaturan menu makanan, kesempatan menyampaikan keluhan, keyakinan akan kemampuan ibu hamil, memberikan kesempatan bertanya, dan mendengarkan cerita dari ibu hamil. Upaya dari berbagai pihak secara komprehensif dalam upaya mencegahan anemia kehamilan sangat penting dilakukan dalam upaya menurunkan angka kejadian anemia pada ibu hamil.
Penutup
Anemia defisiensi besi pada kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Mengingat dampak buruk yang signifikan pada ibu dan janin, perlu adanya pencegahan anemia selama kehamilan. Asupan makanan sumber zat besi heme, pemberian tablet tambah darah, dukungan keluarga, sesama ibu hamil dan dukungan tenaga kesehatan sangat penting untuk mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
REFERENSI
Annamraju H, Pavord S. 2016. Anaemia in pregnancy. Br J Hosp Med (Lond). 77(10):584-588. 10.12968/hmed.2016.77.10.584
Bothwell TH. 2000. Iron requirements in pregnancy and strategies to meet them. Am J Clin Nutr. 72(1)(Suppl):257S-264S. 10.1093/ajcn/72.1.257S
Garzon S, Cacciato PM, Cartelli C, Salvaggio C, Magliarditi M, Rizzo G. 2020. Iron Deficiency Anemia in Pregnancy: Novel Approaches for an Old Problem. Oman Medical Journal. 35(5):e166. doi: 10.5001/omj.2020.108
Goonewardene M, Shehata M, Hamad A. 2012. Anaemia in pregnancy. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 26(1):3-24. 10.1016/j.bpobgyn.2011.10.010
Lopez A, Cacoub P, Macdougall IC, Peyrin-Biroulet L. 2016. Iron deficiency anaemia. Lancet. 387(10021):907-916. 10.1016/S0140-6736(15)60865-0
Milman N. 2011. Anemia–still a major health problem in many parts of the world! Ann Hematol. 90(4):369-377. 10.1007/s00277-010-1144-5
Nugraha A, Sukmawati, Herliani YK. 2020. Anemia Prevention in Pregnant Women. Journal of Maternity Care and Reproductive Health. 3(1)
Parisi F, Berti C, Mandò C, Martinelli A, Mazzali C, Cetin I. 2017. Effects of different regimens of iron prophylaxis on maternal iron status and pregnancy outcome: a randomized control trial. J Matern Fetal Neonatal Med. 30(15):1787-1792. 10.1080/14767058.2016.1224841
Triharini M. 2019. Upaya Bersama dalam Pencegahan Anemia Kehamilan. Pediomaternal Nursing Journal. 5(2). eISSN: 2656-4629
World Health Organization, Food and Agricultural Organization of the United Nations. 2004. Vitamin and mineral requirements in human nutrition. 2 ed. Geneva: World Health Organization.
Penulis: Lailatul Muniroh, SKM., M.KesProdi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga