
Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan yang tidak hanya membawa dampak pada pertumbuhan fisik saja, namun juga membawa dampak pada kemampuan intelektual, produktifitas, dan kesehatan tubuh di masa mendatang. Anak stunting akan mengalami peningkatan risiko mengalami sindrom metabolik seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus di masa yang akan datang (1). Penyebab stunting bersifat multifaktor dengan salah satu penyebab langsungnya adalah konsumsi makanan. Konsumsi makanan pada balita pada umumnya kurang beragam dan tidak memenuhi minimal kebutuhan gizi sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya stunting(2). Sebagian besar anak stunting memiliki konsumsi karbohidrat, lemak, dan protein dalam kategori kurang. Zat gizi yang berperan dalam munculnya kejadian stunting, antara lain karbohidrat, lemak, dan protein yang merupakan bagian dari zat gizi makro (3). Pemenuhan kebutuhan zat gizi makro sangat penting untuk menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan balita.
Kebutuhan Zat Gizi Makro pada Balita
- Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang mempunyai fungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat dalam bentuk karbohidrat kompleks, yaitu serat mempunyai beberapa fungsi, antara lain mencegah terjadinya konstipasi dan mencegah terjadinya sindrom metabolik, seperti penyakit diabetes mellitus (4). Karbohidrat juga berperan sebagai penyuplai energi untuk otak dan sel saraf. Jenis makanan sumber karbohidrat yang dapat dikonsumsi oleh balita seperti sereal, produk tepung-tepungan, buah-buahan dan sayur. Makanan sumber gula seperti permen, kue manis juga termasuk makanan yang mengandung karbohidrat, namun harus dibatasi untuk balita karena dapat menyebabkan karies gigi serta meningkatkan risiko obesitas. Menurut European Food Safety Authority (EFSA) (2013), asupan karbohidrat untuk usia 6-<12 bulan sebesar 45-55% dari total energi dan usia 12-<36 bulan sebesar 45-60% dari total energi (5). Kecukupan karbohidrat pada balita dalam sehari menurut angka kecukupan gizi dibedakan berdasarkan kelompok usia, yaitu 6-11 bulan sebesar 105 gram, 1-3 tahun sebesar 215 gram, dan 4-6 tahun sebesar 220 gram (6) - Protein
Protein merupakan zat gizi mempunyai fungsi utama dalam pertumbuhan anak. Asam amino lisin dan arginin merupakan asam amino yang mempunyai kaitan erat dengan pelepasan hormon pertumbuhan pada anak (7). Protein dibedakan menjadi dua, yaitu protein hewani dan protein nabati. Jenis makanan sumber protein yang dapat dikonsumsi oleh balita adalah telur, daging, susu, daging ayam, ikan, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Kecukupan protein pada balita dalam sehari menurut angka kecukupan gizi dibedakan berdasarkan kelompok usia, yaitu 6-11 bulan sebesar 15 gram, 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan 4-6 tahun sebesar 25 gram (6). - Lemak
Lemak merupakan zat gizi makro yang berperan perkembangan sistem saraf pusat dan berperan sebagai cadangan sumber energi. Omega 3 yang merupakan bagian dari lemak dapat meningkatkan imunitas pada anak stunting (8). Kecukupan lemak pada balita dalam sehari menurut angka kecukupan gizi dibedakan berdasarkan kelompok usia, yaitu 6-11 bulan sebesar 35 gram, 1-3 tahun sebesar 45 gram, dan 4-6 tahun sebesar 50 gram (6).
Stunting pada balita dapat dicegah salah satunya dengan mengonsumsi makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi. Zat gizi yang berperan dalam kejadian stunting antara lain karbohidrat, protein, dan lemak. Pemenuhan kebutuhan zat gizi makro sangat penting untuk menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan balita.
Referensi
- Soliman, A., De Sanctis, V., Alaaraj, N., Ahmed, S., Alyafei, F., Hamed, N., & Soliman, N. (2021). Early and long-term consequences of nutritional stunting: from childhood to adulthood. Acta Bio Medica: Atenei Parmensis, 92(1).
- Nurrizka, R. H., Wenny, D. M., & Amalia, R. (2021). Complementary Feeding Practices and Influencing Factors Among Children Under 2 Years of Age: A Cross-Sectional Study in Indonesia. Pediatric Gastroenterology, Hepatology & Nutrition, 24(6), 535.
- Azmy, U., & Mundiastuti, L. (2018). Konsumsi zat gizi pada balita stunting dan non-stunting di kabupaten bangkalan. Amerta Nutrition, 2(3), 292-298.
- Weickert, M. O. and Pfeiffer, A. F. H. (2008) ‘Metabolic effects of dietary fiber consumption and prevention of diabetes’, Journal of Nutrition, 138(3), pp. 439–442. doi:10.1093/jn/138.3.439.
- Susetyowati. 2016. Kebutuhan gizi pada bayi dan balita. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC
- Permenkes No 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
- Soliman, A., De Sanctis, V., Alaaraj, N., Ahmed, S., Alyafei, F., Hamed, N., & Soliman, N. (2021). Early and long-term consequences of nutritional stunting: from childhood to adulthood. Acta Bio Medica: Atenei Parmensis, 92(1).
- Jutowo, L., Wirjatmadi, B., Irawan, R. 2018. The role of omega-3 fatty acid supplementation on change in CRP levels and the frequency of illness in stunting children ages 12-36 months. International Journal of Science and Research
Oleh:
Nining Tyas Triatmaja, S.Gz., M.Si
Ketua Program Studi S1 Gizi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri