Pasangan calon pengantin (Catin) perlu meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi dan gizi khususnya status gizi dan pola makan yang sehat. Pola makan yang tidak sehat dapat menimbulkan masalah gizi dan kesehatan yaitu obesitas, anemia, kesulitan untuk hamil, dan penyakit-penyakit lainnya yang terkait dengan kelebihan dan kekurangan gizi. Data menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 13,5% orang dewasa usia 18 tahun ke atas yang mengalami kelebihan berat badan dan 28,7% yang mengalami obesitas. Obesitas dapat membuat kadar androgen mengalami peningkatan sehingga akan memperparah keadaan polycystic ovarium syndrome (PCOS). PCOS pada wanita yang obesitas ditandai oleh ketidakteraturan siklus menstruasi, anovulasi kronis, hiperandrogenisme bahkan adanya infertil. Selanjutnya, prevalensi anemia pada remaja termasuk tinggi yaitu 32%, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Obesitas dan anemia ini merupakan masalah gizi yang dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.
Beberapa Jenis Makanan yang Perlu Dihindari bagi Calon Pengantin
- Lemak jenuh dan trans banyak ditemui dalam makanan cepat saji, makanan ringan, produk hewani dan gorengan. Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan berisiko meningkatkan kadar LDL yang berperan membawa kolesterol ke pembuluh darah coroner sehingga akan mengalami penyempitan dan dalam keadaan tertentu akan menyebabkan serangan jantung dan stroke. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi lemak trans dapat meningkatkan risiko infertilitas ovulasi dimana setiap peningkatan 2% dalam asupan energi dari lemak trans, dibandingkan dengan yang dari karbohidrat, dikaitkan dengan risiko infertilitas ovulasi sebesar 73%.
- Konsumsi makanan gula dengankadar gula tinggi dapat meningkatkan kadar glukosa dalam tubuh, obesitas, diabetes mellitus dan resistensi insulin. Tingkat insulin yang tinggi menyebabkan gangguan metabolisme dan siklus ovulasi menjadi tidak teratur. Obesitas menyebabkan terjadinya perubahan hormon testosteron sehingga menurunkan kesuburan pria. Peningkatan berat badan pada pria dikaitkan dengan tingkat testosteron yang lebih rendah, kualitas sperma yang lebih buruk, dan penurunan kesuburan dibandingkan dengan pria dengan berat badan normal dan peluang infertilitas meningkat 10%.
- Alkohol, dapat berdampak buruk terhadap fertilitas. Alkohol dapat menurunkan fertilitas pria melalui jalur gangguan sistem hormon reproduksi yaitu testosteron. Gangguan hormonal dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis, sehingga terjadi gangguan kualitas atau kuantitas sperma.
- Mengolah makanan dengan suhu tinggi, misalnya menggoreng, memanggang, membakar dapat menimbulkan dampak buruk karena merusak zat-zat gizi (vitamin), terbentuknya zat-zat baru seperti peroksida (Radikal bebas), akrilamida, caramel, asam lemak trans, dan zat-zat lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, penyakit jantung coroner, stroke, kanker, dan gangguan kesehatan yang lain.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas terungkap jelas bahwa bila keempat kelompok makanan tersebut jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menghambat calon pengantin untuk memperoleh keturunan karena terjadinya gangguan kesuburan pada wanita dan laki-laki. Dengan demikian, bagi calon pengantin bahkan setelah menikah maka kelompok bahan makanan di atas perlu dibatasi bahkan dihindari ini guna mendapatkan kesehatan yang optimal dan memiliki keturunan anak yang bergizi, sehat, dan cerdas.
Referensi
Anisya, V., Rodiani and Graharti, R. (2019) ‘Policystic Ovary Syndrom: Resiko Infertilitas yang Dapat Dicegah Melalui Penurunan Berat Badan Pada Wanita Obesitas’, Medula, 9(1), pp. 267–275.
Chavarro, J.E. et al. (2007) ‘Dietary fatty acid intakes and the risk of ovulatory infertility’, The American Journal of Clinical Nutrition, 85(1), pp. 231–237. doi:10.1093/ajcn/85.1.231.
Idris, R., Bhanu and Hartamto, H. (2006) ‘Logam berat, radiasi, diet, rokok, alkohol, dan obat-obatan sebagai penyebab infertilitas pria’, Jurnal Keperawatan Indonesia, 10(2), pp. 70–75.
Katib, A. (2015) ‘Mechanisms linking obesity to male infertility’, Central European Journal of Urology, 68(1), pp. 79–85. doi:10.5173/ceju.2015.01.435.
Linton, M.F. et al. (2000) ‘The Role of Lipids and Lipoproteins in Atherosclerosis’, in Feingold, K.R. et al. (eds) Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK343489/ (Accessed: 1 February 2022).
National Center for Health Statistics (2020) Products – Data Briefs – Number 360 – February 2020. Available at: https://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db360.htm (Accessed: 1 February 2022).
Sallmén, M. et al. (2006) ‘Reduced fertility among overweight and obese men’, Epidemiology (Cambridge, Mass.), 17(5), pp. 520–523. doi:10.1097/01.ede.0000229953.76862.e5.
Sam, S. (2007) ‘Obesity and Polycystic Ovary Syndrome’, Obesity management, 3(2), pp. 69–73. doi:10.1089/obe.2007.0019.
Siri-Tarino, P.W. et al. (2010) ‘Saturated Fatty Acids and Risk of Coronary Heart Disease: Modulation by Replacement Nutrients’, Current Atherosclerosis Reports, 12(6), pp. 384–390. doi:10.1007/s11883-010-0131-6.
Prof. Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes (Prodi Gizi FKM Universitas Tadulako) Bohari, S,Gz M.Kes (Prodi Gizi Fakultas Kedokteran UNTIRTA)