Diet populer yang merebak saat ini dianggap baik oleh remaja, karena dapat menurunkan berat badan secara cepat untuk memiliki postur tubuh yang ideal. Tetapi para remaja tidak mengetahui apa saja dampak negatif dari segi gizi dan kesehatan dari pola diet populer tersebut. Berikut 3 jenis diet populer yang sering ditemui dan dampaknya bagi remaja:
- Diet Vegetarian
Sumber: American Heart Association, 2022
Diet vegetarian [A1] adalah pola makan yang memperkaya pangan nabati (1). Beberapa macam diet vegetarian diantaranya vegetarian ovo tetap mengonsumsi telur, vegetarian lacto tetap mengonsumsi susu, vegetarian lacto-ovo tetap mengonsumsi telur dan susu, serta vegan tidak mengonsumsi makanan hewani dan hanya mengonsumsi nabati. Pola makan vegetarian bermanfaat bagi kesehatan karena membantu menurunkan berat badan, mengurangi kemungkinan penyakit degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes melitus, dan kanker (2). Namun, diet ini juga dapat menyebabkan kekurangan nutrisi seperti zat besi, omega-3, protein, dan zat besi (2).
Remaja merupakan periode pertumbuan yang memerlukan zat besi, protein, omega-3, dan vitamin B12 sehingga diet ini kurang cocok. Asam lemak omega-3 berfungsi sebagai perkembangan otak dan kognitif. Protein dibutuhkan untuk pembentukan jaringan baru. Kekurangan protein dapat memengaruhi tahapan pertumbuhan dan daya tahan tubuh (3). Zat gizi lainnya yaitu vitamin B12 dan zat besi dibutuhkan remaja agar terhindar dari anemia. Pada diet vegetarian sebagian zat besi didapat dari pangan nabati yang memiliki tingkat penyerapan lebih rendah.
- Diet ketogenik
Sumber: MDPI, 2021
Diet ketogenik adalah pengaturan pola makan dengan cara mengurangi karbohidrat sampai dengan kurang dari 50 gram namun tinggi lemak dan protein. Diet ketogenik sering digunakan untuk mengurangi kejang pada anak penderita epilepsis (4). Diet ketogenik memang dapat membantu remaja dalam menurunkan berat badan. Namun, dalam jangka panjang, diet ini dapat menyebabkan defisiensi zat gizi. Diet ketogenik menyebakan tubuh mengalami ketosis yaitu kekurangan karbohidrat sehingga tubuh mengubah lemak menjadi energi. Ketika tubuh mencapai ketosis, maka cenderung kehilangan energi, kelelahan, dan sesak napas. Remaja yang melakukan diet ini berisiko kekurangan kalsium, magnesium, folat, dan vitamin C (5). Magnesium dan kalsium penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Folat sangat diperlukan di masa pertumbuhan untuk regenerasi sel dengan cepat. Sementara itu, vitamin C merupakan antioksidan untuk memperkuat daya tahan tubuh. Maka dari itu, diet ketogenik kurang cocok dilakukan remaja karena terdapat risiko kekurangn gizi dan energi.
- Diet Intermittent Fasting
Sumber: Harvard Health Publishing, 2020
Intermittent Fasting dilakukan dengan cara makan dalam jangka waktu 8 jam dan berpuasa selama sisa waktu. Diet ini dapat membantu menurunkan berat badan pada obesitas. Namun, sebaiknya tidak dilakukan oleh remaja yang memiliki berat badan kurang. Sebagian remaja yang terobsesi dengan berat badan ideal akan melakukan diet ini dan cenderung mengalami gangguan makan seperti membatasi makanan, olahraga berlebih, dan muntah (6). Padahal, perlu diperhatikan bahwa waktu makan yang terbatas akan mempersulit pemenuhan vitamin dan mineral yang cukup. Jika tidak dikonsultasikan dan dilakukan jangka panjang, diet ini dapat menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi ini dapat terjadi jika pembatasan kalori terlalu parah, yaitu kurang dari 1.200 kalori sehari dalam jangka panjang (6).
Remaja perlu memperhatikan diet yang dijalani. Jika ingin melakukan penurunan berat badan, maka harus dipastikan apakah karena kelebihan berat badan yaitu IMT > 23 atau hanya karena memenuhi standar tertentu agar terlihat menarik (7). Beberapa tren diet penurunan berat badan perlu dikonsultasikan dengan ahli gizi atau dokter untuk meninjau keamanannya.
1. Fitriani F, Marlina Y, Roziana R, Rahmadini. Gambaran Asupan Protein, Zat Besi Dan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Vegetarian Vegan Di Indonesia Vegetarian Society. J Ris Gizi. 2021;9(1):11–5.
2. Rudloff S, Bührer C, Jochum F, Kauth T, Kersting M, Körner A, et al. Vegetarische Kostformen im Kindes- und Jugendalter. Monatsschrift Kinderheilkd. 2018;166(11):999–1005.
3. Utami HD, Kamsiah K, Siregar A. Hubungan Pola Makan, Tingkat Kecukupan Energi, dan Protein dengan Status Gizi pada Remaja. J Kesehat. 2020;11(2):279.
4. Alharbi A, Al-Sowayan NS. The Effect of Ketogenic-Diet on Health. Food Nutr Sci. 2020;11(04):301–13.
5. Cordain L. Nutritional Deficiencies of Ketogenic Diets Nutritional Deficiencies of Ketogenic Diets By Loren Cordain , Ph . D . Professor Emeritus Colorado State University Fort Collins , CO 80523. 2019;(March 2018):1–15.
6. Ganson, K. T., Cuccolo, K., Hallward, L., & Nagata, J. M. (2022). Intermittent fasting: Describing engagement and associations with eating disorder behaviors and psychopathology among Canadian adolescents and young adults. Eating Behaviors, 47, 101681.
7. WHO. The Asia Pacific perspective: Redefining obesity and its treatment. 2000. p. 8–45.
Penulis:
Alfina Putri Rakhmadiyah (Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Indonesia), Besti Verawati, S.Gz., M.Si (Univeritas Pahlawan Tuanku Tambusai)
[A1]SILAHKAN SEBUTKAN JENIS DARI DIET VEGETARIAN YA, APAKAH FULL TDK MENGONSUMSI HEWANI OR ADA BEBERPA YG DIPERBOLEHKAN DAN ITU BEDA MASING-MASING JENIS VEGANNYA YA??/